METODE PENELITIAN. Definisi Operasional Variabel Menurut Suharsimi Arikunto (2010:161) “variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian atau penelitian”. Beberapa ahli mengemukakan tentang definisi operasional variabel, diantaranya dikemukakan bahwa definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati (diobservasi) sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain (Ahmadi dan Narbuko 2009:61). Sedangkan dikemukakan pula oleh ahli lain bahwa, variabel penelitian adalah suatu atribut, sifat, atau nilai dari orang obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2010:38).
Dengan demikian definisi operasional variabel adalah definisi yang disusun berdasarkan apa yang dapat diamati dan diukur tentang variabel dalam penelitian tersebut. Dari pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa definisi operasional variabel adalah seperangkat nilai-nilai yang berupa tanda-tanda atau konsep obyek penelitian yang dapat diukur dan diamati. Sehingga penelitian dapat diketahui hasil penelitian tersebut. Selanjutnya untuk memudahkan penelitian dan pengukuran, maka variabel dalam penelitian ini didefinisikan dalam bentuk operasional. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y).
Variabel Bebas (X) Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable dependen (terikat) (Sugiono 2011: 39). Menurut Burhan Bungin (2011; 72) “Variabel bebas adalah variabel yang menentukan arah atau perubahan tertentu pada variabel tergantung.” Menurut Nana Sudjana (2009:12) variabel utama (bebas) adalah penyebab peristiwa lain terjadi. Jadi, dengan adanya variabel bebas (X), maka akan meberikan pengaruh terhadap variabel lain.
Variabel Bebas (X), dalam penelitian ini adalah layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama. Layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama adalah suatu layanan yang dilakukan secara berkelompok yang dipimpin oleh seseorang (pemimpin kelompok) dengan membahas suatu permasalahan (topik) yang bersifat umum yaitu masalah hubungan sosial dengan memainkan sebuah drama. Dalam penelitian ini, vriabel bebas (X) dibedakan menjadi dua kategori, yaitu:.
Siswa sebelum mengikuti layana teknik sosiodrama ( pre-test). Siswa sesudah mengikuti layanan teknik sosiodrama ( post-test) Sedangkan rencana penelitian yang digunakan pre Experimental Desing. Ada 3 macam yang dimasukkan dalam kategori pre Experimental Desing yaitu one shot case study, one group pre test post test dan intac Group Comparation.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah One group Pre-test Post-test Desing. Menurut Sumardi Suryabrata (2010:101) “yakni menggunakan satu kelompok subyek”. Pertama-tama dilakukan pengukuran lalu dikenakan perlakuan untuk jangka waktu tertentu, kemudian dilakukan pengukuran untuk kedua kalinya. Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut: Pre-test 01 Treatment X Post-test 02 Keterangan: 01 = Pre-test untuk mengukur tingkat interaksi sosial siswa sebelum diberi layana bimbingan konseling teknik sosiodrama X = layanan bimbingan konseling teknik sosiodrama dalam jangka waktu tertentu. 02 = Post-tes untuk mengukur tingkat interaksi sosial siswa sesudah diberi layana bimbingan konseling teknik sosiodrama. Variabel Terikat (Y) Variabel terikat disebut juga variabel tergantung (Dependent variabel). Menurut Burhan Bungin (2011; 72) “Variabel tergantung adalah variable yang dipengaruhi oleh variabel bebas.
Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, baik individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok, dari hubungan tersebut individu dapat mempengaruhi individu lain atau sebaliknya dan terjadinya hubungan timbal balik antar individu. Yang dapat dilihat dengan indikator-indikator dalam bentuk penyesusisn diri, dengan fakto-fakto yang mempengaruhi interaksi sosial seperti; Faktor imitasi, Faktor sugesti, Faktor identifikasi dan Faktor simpati. Instrumen Penelitian dan Pengembanganya Instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data (Purwanto.
Instrument penelitian disesuaikan dengan metode yang akan digunakan seperti; observasi, angket, wawancara, dan dokumenter. Observasi Menurut Suharsimi Arikunto, (2010; 199) menyatakan bahwa “observasi yang disebut juga pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra”. Menurut Sutrisno Hadi (dalam Sugiono 2011; 145) “mengemukakan bahwa, observasi merupakan sesuatu proses yang kompleks suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis”.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulka bahwa observasi adalah kegiatan pengamatan dengan menggunakan alat indra dan memusatkan perhatian untuk mendapatkan informasi dari suatu objek. Dalam observasi didapat informasi keadaan lingkungan SMP Negeri 1 Pagelaran tahun pelajaran 2014/2015. Angket Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis atau responden untuk dijawabnya.(Sugiono, 2011; 142).
Wawancara Menurut Kartini Kartono (2009:258) wawancara ( interview) satu percakapan tatap muka dengan tujuan memperoleh informasi faktual. Melalui wawancara peneliti medapatkan informasi global tentang kodisi siwa SMP Negeri 1 Pagelaran, tahun pelajaran 2014/2015 dalam berinteraksi sosial di sekolah. Documenter Amenurut Suharsimi Arikunto, (2010; 201) dokumentasi berasal dari kata “dokumen” yang artinya barang-barang tertulis. Dari definisi diats dapat di tarik kesimpulan, bahwa dokumentasi adalah catatan-catatan atau rekaman-rekaman yang terjadi baik dalam bentuk tulisan, gambar maupun filem dokumen yang dapat dijadikan sebagai informasi untuk mendapatka data. Data yang didapat dalam bentuk dokumen dapat dijadukan sebagai informasi dalam penelitian. Melalui dokumentasi, peneliti mendapat informasi tentang.
Keadaan dan jumlah Guru Bimbingan konseling serta Guru Mata Pelajaran di SMP Negeri 1 Pagalaran Tahun Pelajaran 2014/2015. Keadaan dan jumlah siswa SMP Negeri 1 Pagalaran Tahun Pelajaran 2014/2015.
Skala Psikologi Skala Psikologi adalah instrument pengukuran untuk mengidentifikasi konstruksi psikologis. Seringkali dinamakan dengan tes, namun dalam hal ini skala psikologis digunakan sebagai istilah untuk atribut afektif, sedangkan kata tes digunakan untuk atribut kognitif. (Wahyu Widhiarso; ) Dalam penelitian ini, variable yang diukur adalah variable terikat saja yaitu iteraksi sosial siswa. Dalam pelaksanaan penelitian untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (X) dalam hal ini bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik sosiodrama, terhadap variabel terikat (Y) yang dalam hal ini peningkatan interaksi sosial siswa, kegiatan proses pelaksanaan bimbigan kelompok teknik sosiodrama. Instrumen kegiatan menggunakan sekala psikologi.
Skala Psikologi yang digunakan terdiri dari 30 item pernyataan dengan 4 Skala yaitu SS, S, TS dan STS dengan ketentuan Sebagai berikut:. Ketentuan untuk uraian pernyataan positif (+).
Pernyataan Sangat Sesuai (SS).= kreteria 4,. Pernyataan Sesuai (S).= kreteria 3.
Pernyataan Tidak Sesuai (TS).= kreteria 2,. Pernyataan sangat tidak sesuai (STS).= kreteria 1. Ketentuan untuk uraian pernyataan negativ (-). Pernyataan sangat sesuai (SS).= kreteria 1,. Pernyataan sesuai (S).= kreteria 2,. Pernyataan Tidak sesuai (TS).= kreteria 3,. Pernyataan Sangat Tidak Sesuai (STS).= kreteria 4.
Dari kreteria tersebut diidentivikasikan sebagai berikut:. Kreteria 4 Tinggi,. kreteria 3 Sedang,. kreteria 2 Rendah. kreteria 1 Sangat Rendah. Berdasarkan pada acuan penskoran diatas, dapat diketahui bahwa skor maksimal adalah 120 dan terendah adalah 30. Selanjutnya dalam menafsirkan kemampuan interaksi sosial siswa menggunakan rumus interval sebagai berikut: Keterangan: i = Intrval NT = Nilai tertinggi NR = Nilai terendah K = Kategori Maka didapat 22,5 dibulatkan mnjadi 22 Maka diperoleh tabel kisi-kisi tingkat interaksi sosial sebagai berikut: Tabel 2.
Kreteria Skala Psikologi Pernyataan Sikap Skor Kreteria A 99 – 120 Tinggi B 76 – 98 Sedang C 53 – 75 Rendah D 30 – 52 Sangat Rendah Tabel 3 Penilaian skor Pernyataan Penilaian Skor Sangat Sesuai (SS) Sesuai (S) Tidak Sesuai (TS) Sangat Tidak Sesuai (STS) Positif 4 3 2 1 Negatif 1 2 3 4 Tabel 4. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Skala Psikologi Variabel Indikator No. Item Jumlah + – Interaksi Sosial Imitasi 1, 2, 3.
7 Sugesti 8, 9, 10, 11 12, 13, 14, 7 Identivikasi 15, 16,17, 18, 19, 20, 21, 22, 8 Simpati 23, 24, 25 26, 27, 28, 29, 30 8 Sebelum alat ukur diteskan atau disebarkan, maka sebaiknya alat ukur perlu diuji cobakan (try out) dengan tujuan mengetahui vliditas dan reliabilitas alat ukur. Dalam try out peneliti menyebarkan angket kepada 20 orang responden yaitu siswa kelas VIII di luar sampel penelitian ini dengan tujuan mengetahui validitas dan reliabilitas alat ukur. Adapaun rencana analisis alat ukur sebagai berikut:. Validitas Alat Ukur Menurut Sugiyono (2010:121) “bahwa alat ukur dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.” Suharsimi Arikunto (2010: 168), “menyatakan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi.
Sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah”. Berdasarkan pernyataan diatas, validitas alat ukur dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu;. Validitas isi ( content validitas). Validitas konstruksi ( construct validitas).
Validitas “ada sekarang” ( concurrrnt validitas). Validitas prediksi ( predictive validitas) Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas isi dengan alasan variabel yang ada diuraikan atau dijabarkan menjadi sub-sub variable atau indicator kemudian dijabarkan kembali kedalam butir item atau instrumen penelitian dengan berdasarkan kepada konsep konsep teori yang ada. Reliabilitas Alat Ukur Menurut Suharsimi Arikunto (2010:221) “reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulam data karena instrumen tersebut sudah baik”. Dalam penelitian ini untuk mengukur reliabilitas peneliti menggunakan teknik belah dua dengan sistem ganjil genap ( split halp) maksudnya membagi skor yang ada menjadi dua bagian/belahan. Untuk membelah pertama dengan kode (X) adalah kelompok skor item bernomor ganjil dan belah kedua dengan kode (Y) adalah kelompok skor item yang bernomor genap.